Impian Indah


Impian Indah

Semua orang di dunia ini mempunyai tujuan, cita-cita, dan impiannya masing-masing. Begitupun dengan Indah, salah satu mahasiswi Politeknik Negeri di Indonesia yang saat ini tengah berkutat dengan laptop, jarinya lancar menekan tombol-tombol yang melekat pada keyboard. Sesekali ia menghela napas dan memperbaiki posisi kacamata tebalnya.

Sudah 2 tahun berlalu sejak Indah menjadi mahasiswa baru. Itu artinya ia kini berada di semester 5, masa pertengahan untuk meraih gelar Sarjananya.

Meski begitu tak sekalipun dalam hidupnya, Indah membayangkan akan berakhir dan bertahan di Perguruan Vokasi dengan Program Studi yang benar-benar bukan ranahnya.

Ia  masih ingat betul bagaimana terpaksanya untuk berkuliah di kampusnya yang sekarang, juga masih ingat dengan beragam mimpi dan cita-citanya selama 12 tahun di bangku sekolah.
Saat SD ia selalu mengatakan bahwa akan menjadi Polisi Wanita saat besar nanti. Menangkap penjahat dan memasukannya dalam penjara.

Lalu saat SMP, ia bercita-cita untuk menjadi dokter. Menyelamatkan siapapun yang membutuhkan pertolongannya.

Hingga akhirnya saat SMA, ia tertarik pada hukum dan hubungan internasional setelah menyukai bahasa inggris dan melakukan riset tentang jurusan di Perguruan Tinggi. Padahal saat itu Indah berada di kelas IPA.

Saat pendaftaran SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) terbuka, Indah sudah menyusun pilihannya. Namun, kedua orangtuanya menentang hal tersebut. Pasalnya, Indah memenuhi pilihannya dengan jurusan yang seharusnya milik kelas IPS. Lalu orang tuanya menyuruh Indah untuk memilih Kedokteran dan dua pilihan lainnya tentu tak jauh-jauh dari kesehatan. Indah hanya bisa pasrah dan berdoa untuk bisa lulus.

Tak lama kemudian, tibalah saat pengumuman SNMPTN. Dengan jantung yang berdegup kencang, tak lupa membaca basmalah, Indah mengetikkan username dan password nya. Segera Indah pejamkan matanya saat mengklik tombol login. Semenit kemudian, Indah perlahan membuka matanya.



Penglihatan Indah mendadak buram, matanya berkaca-kaca. Tanpa berkedip, air mata mengalir di pipinya.

“Aku refresh lagi, mungkin hasilnya bakal berubah.” Ucap Indah masih tak percaya dengan hasil yang diterimanya.

Jarinya terus mengklik tombol sebelah kiri mouse untuk me-refresh laman web itu.

Hanya saja, tidak ada yang berubah. Warna yang dilihatnya tetap merah, bukan hijau seperti yang diterima teman-temannya.

Kekecewaan melanda Indah dan keluarganya. Namun, ia harus tetap berjuang. Indah akhirnya mengikuti bimbingan belajar untuk mempersiapkan diri mengikuti jalur SBMPTN.

Pasalnya, tak sekalipun Indah Meski dengan pendirian yang selalu berubah-ubah, tak sekalipun ia berfikir akan berakhir disini. Pasalnya, ia masuk dalam Program Studi Teknik Komputer dan Jaringan. 

Semuanya benar-benar baru.

Indah yang merupakan alumni SMA sama sekali tak tahu hal yang berkaitan programming, algoritma, dan hal lainnya.

Memang tak ada yang tahu mengenai takdir.

Post a Comment

0 Comments