MAKALAH PERAN BAHASA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN


KATA PENGANTANTAR
          Dengan rasa syukur  kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya saya dapat  menyelesaikan  tugas  membuat makalah bahasa indonesia tentang “BAHASA INDONESIA DALAM RAGAM EKONOMI” yang diberikan oleh dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini berjudul  “PERAN BAHASA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT  EKONOMI ASEAN” yang berisi tentang  cara mewujudkan agar bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa MEA.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum tentu di anggap benar oleh semua pihak. Oleh karna itu, kritik dan saran oleh semua pihak  sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
          Akhir kata, terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf  bila ada kesalahan kata dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Terima kasih.

Penulis 


BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat komunikasi baik secara lisan maupun tulisan untuk menyatakan maksud, pesan, tujuan dari pengirim ke penerima. Sebagai alat komunikasi bahasa harus memiliki beberapa persyaratan yang salah satunya adalah terpakainya bahasa sebagai alat perhubungan baik antar daerah maupun pada tingkat regional seperti Asean. 
Tahun 2016 adalah tahun diberlakukannya Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)  yang merupakan bentuk realisasi integrasi ekonomi di kawasan Asean terutama di 7 (tujuh) negara anggota Asean yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Philipina, Vietnam, Thailand dan Myanmar.  Meskipun merupakan bentuk penyatuan ekonomi di Asean, tetapi MEA akan berdampak sangat luas di berbagai dimensi kehidupan seperti sosial, politik, budaya dan bahasa.
Salah satu faktor yang memiliki pengaruh yang sangat luas adalah penggunaan bahasa dalam komunikasi antar negara Asean. Selama ini bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar di dalam semua kegiatan adalah bahasa Inggris. Hal ini dapat dimaklumi karena bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang pemakaiannya paling luas termasuk di kawasan Asean. Bahasa Inggris   telah lama digunakan sebagai alat komunikasi dalam berbagai bidang baik lisan maupun tulis. Tetapi dalam kenyataannya banyak masyarakat kita belum mampu  memahami dan menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. 

BAB II
PEMBAHASAN

Integrasi ekonomi masyarakat Asia Tenggara sudah dimulai. Yang kuatir tinggallah kuatir. Berbagai catatan negatif berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA bagi kemajuan kepentingan nasional juga sudah banyak diberikan.
Misalnya Indonesia yang berpenduduk terbesar hanya menjadi pasar konsumtif dan sumber daya alamnya yang melimpah hanya menjadi ladang eksploitasi investasi asing yang tidak menguntungkan rakyat Indonesia sebagaimana harapan pada Pasal 33 UUD 1945. Kekhawatiran ini disadari karena kenyataan bahwa sumber daya manusia Indonesia yang rendah dan hampir tidak ada industri nasional yang kuat saat ini bahkan disektor primer yaitu pangan dan sandang. Terlebih, integrasi ekonomi ASEAN ini tidak didasarkan pada solidaritas yang memungkinkan setiap Negara yang bergabung di dalamnya untuk saling (tolong-menolong) mengembangkan kemampuan kreatifnya tetapi lebih pada perluasan kapital atau dagang sehingga yang berkapital besarlah yang akan terus hidup dan mengambil keuntungan. Presiden Joko Widodo hampir selalu menekankan bahwa inilah era kompetisi alias persaingan: yang kuat dan cepatlah yang akan memenangi kehidupan.

Adakah kemungkinan kerja-sama proyek ekonomi bersama demi kemajuan masyarakat ASEAN   sebagaimana juga dilihat Dawam Rahardjo? Sebab “Jika daya saing perusahaan MEA tidak meningkat, MEA hanya akan dimanfaatkan oleh kekuatan regional lainnya, khususnya Asia Timur (Dawam Rahardjo, MEA: Kerja Sama atau Persaingan, Kompas, 20 Januari 2016).

Integrasi ekonomi Asia Tenggara dalam pasar tunggal bernama MEA itu pun dikuatirkan akan semakin menghancurkan potensi kemampuan kreatif Indonesia dalam berproduksi dan membangun ekonomi nasional yang selama ini juga tak beranjak dari pola perekonomian di jaman kolonial. Kita masih menjual bahan-bahan mentah ke luar negeri dan membanjiri barang-barang konsumsi dalam negeri dari luar negeri. Pembangunan infrastruktur tampaknya tidak untuk memperkuat Industri Dasar yang memungkinkan kita mengolah sumber daya alam kita sendiri sebagaimana konsepsi pasal 33 UUD 1945 tetapi lebih pada kecepatan alat transportasi alias pengangkutan barang-barang impor dan ekspor yang menghamba pada investasi asing. Pembangunan Kereta Cepat Bandung Jakarta pun mengingatkan pembangunan jalan raya Anyer – Panarukan Deandels yang dibangun untuk mempercepat pengangkutan logisitik dan tentara dalam rangka melawan Inggris.

Memang tidak ada yang bisa disalahkan kemudian bila setiap Individu atau Negara ingin memperoleh kemajuan ekonomi dan memandang MEA sebagai peluang.
Secara historis, pengintegrasian kehidupan ekonomi di Asia Tenggara selalu diusahakan  apalagi mengingat misalnya luasnya Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit  yang meliputi sebagian besar wilayah Negara-negara yang bergabung dalam ASEAN saat ini. Begitulah secara geopolitik, kemudian dikenal   wawasan nusantara sebagai cara memandang kehidupan kenasionalan dalam berbagai segi seperti  ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Dalam konsepsi inilah bisa dipahami jika kemudian muncul gagasan Ekpedisi Pamelayu dari Kertanegara dalam rangka membendung ekspansi Khu Bilai Khan demi  mengamankan dirinya sendiri, Kerajaan Singhasari dan Nusantara sebagai benteng luar dan ajakan Persatuan melawan kemungkinan penaklukan dan penjajahan bangsa-bangsa di Nusantara.
Dengan begitu terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)  dalam hal tertentu bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Diberlakukannya pasar tunggal di Asia Tenggara dengan kurang lebih 600 juta penduduk di dalamnya itu memungkinkan berbagai segi peluang kehidupan di Asia Tenggara bisa dikembangkan lebih optimal. ASEAN yang ber”sepakat” untuk pengintegrasian kerja sama ekonomi ASEAN dalam pasar tunggal itu dalam kenyataannya mempunyai perbedaan yang tajam dalam latar budaya politik maupun kebudayaan. Misalnya Vietnam yang tidak phobia dan tidak alergi dengan kosa kota dan atribut komunis itu barangkali bisa mencairkan phobia komunisme di Asia Tenggara, lalu Malaysia dengan kebudayaan Islam dan Melayu, Philipina dengan kekatolikannya dan Thailand dengan kebudhaannya. Semua perbedaan ini bisa  dicairkan dalam rangka titik temu pencapaian ekonomi maju atas nama komunitas Asia Tenggara. Sesuatu yang mungkin tetapi dengan tanda tanya besar.

Walau begitu kita selalu melihat dalam sejarah bagaimana penyatuan dan usaha bersatu di Asia Tenggara selalu diusahakan. Dalam kerangka itu bahkan menghasilkan bahasa pergaulan (lingua franca) yang sederhana untuk saling berhubungan, saling mengerti, pun menyebarkan kerohanian yang bagi kita, Bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa pergaulan itu kemudian menjadi bahasa nasional kita: Bahasa Indonesia.
Di dalam MEA, Bahasa Indonesia yang egaliter, indah, mudah dan sederhana itu menemukan tantangan untuk hidup dan berkembang. Setiap pekerja dan pelajar Indonesia bisa menjadi utusan dari keindahan Bahasa Indonesia dan setiap orang asing yang bekerja di Indonesia berpeluang memahami Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan begitu Bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa persatuan komunitas Asia Tenggara.

Pada hari ini, Bahasa Inggris pun mendapatkan tempat di Asia Tenggara sebagai bahasa pergaulan. Semua pojok tempat termasuk di Indonesia menawarkan jasa untuk melatih lidah Melayu Anda untuk bisa juga bersilat lidah ala Eropa khususnya Inggris.  Walau begitu Bahasa Indonesia tidak perlu berkecil hati berhadapan dengan Bahasa Inggris di Asia Tenggara. Dari sejarah bahkan Bahasa Melayu tidak takluk terhadap Bahasa Arab yang pada masa keemasannya ketika sampai di Asia Tenggara, penyebaran Islam pun tidak menggunakan mutlak Bahasa Arab, tetapi juga menggunakan Bahasa Melayu.

MEA atau ASEAN Economic Society (AEC) berlaku mulai 31 Desember 2015. Bentuknya: pasar bebas tanpa sekat di wilayah ASEAN. Siapapun warga negara anggota ASEAN bisa terlibat dalam pasar—termasuk menjual tenaga sebagai pekerja—di semua kawasan ini. Artinya, selain perlu meningkatkan kualitas barang dan jasa, calon tenaga kerja pun perlu menyiapkan diri untuk berebut posisi. 

Kesiapan satu negara bisa dilihat dari macam-macam indikator. Bisa dari tingkat keahlian, tingkat pendidikan, juga kemahiran berbahasa. Bahasa, bagaimanapun, adalah alat tukar. Calon pekerja yang ingin bekerja di suatu tempat harus bisa bertukar informasi dengan yang mempekerjakannya, dan itu harus lewat bahasa yang dipahami kedua belah pihak. 
Persoalan kemudian dimulai dari situ. Jika MEA diibaratkan lomba lari, di manakah posisi start tenaga kerja Indonesia? Lebih spesifik lagi: di mana posisi start calon tenaga kerja Indonesia dalam hal kemahiran berbahasa? 
Dikalahkan Vietnam




Banyak pihak menunjuk penguasaan bahasa asing sebagai salah satu kunci menghadapai MEA. Kalau sudah berbicara bahasa asing, telunjuk umumnya diarahkan pada bahasa Inggris, yang jelas telah menjadi lingua franca dunia. Jika ini yang menjadi alat ukurnya, Indonesia memang patut khawatir. Data English Proficiency Index (EPI) dari lembaga Education First dapat memberikan gambaran. 



Selama empat tahun terakhir, EPI Indonesia berada di jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Wajar saja. Bagaimanapun, kedua negara itu adalah bekas jajahan Inggris sehingga lebih akrab dengan bahasanya. Tapi dibanding Thailand, posisi Indonesia masih lebih baik. Kemampuan berbahasa Inggris warga Negeri Gajah Putih itu ternyata cukup rendah. Indeksnya hanya 45,35 sedangkan Indonesia ada pada angka 52,91. 


Yang cukup mengejutkan adalah Vietnam. Pada tahun sebelum-sebelumnya, Indonesia masih lebih unggul dari Vietnam. Tapi posisi itu berubah pada 2015. Indeks kemahiran bahasa Inggris Vietnam lebih baik daripada Indonesia. Mereka menempati posisi nomor 29, sedangkan Indonesia ada di posisi ke-32 dari 70 negara.


Bahasa Indonesia menjadi Bahasa ASEAN?
Lalu, apakah demikian calon pekerja Indonesia terpojok? Tak serta merta begitu. Bahasa lokal tak serta merta hilang oleh bahasa asing. Dalam konteks bahasa pergaulan, yang juga berimbas ke dunia kerja, orang asing semestinya harus belajar pakem lokal, termasuk bahasa. Itu pula sebabnya dalam perjanjian bisnis internasional selalu ada dua dokumen: bahasa Inggris dan bahasa setempat. 


Faktanya, dalam ruang lingkup Asia Tenggara yang berpenduduk 600 juta jiwa, bahasa Inggris bukanlah common language. Justru bahasa Melayu—yang menjadi induk rumpun bahasa Indonesia—memiliki pengguna mayoritas di ASEAN. Jadi, jika orang Indonesia hendak bekerja di Thailand, bahasa Thailand-lah yang harus dipelajari. Begitu pula sebaliknya. Lowongan pekerjaan di Indonesia tak serta merta lepas pada orang luar Indonesia, kecuali mereka mampu berbahasa Indonesia. 


Pada 2012, Universitas Chulalongkorn, Thailand pernah melakukan penelitian. Temanya adalah mencari bahasa resmi yang digunakan masyarakat ASEAN. Hasilnya, dari sisi jumlah pengguna, bahasa Melayu digunakan oleh 260 juta orang, dengan basis penutur di Indonesia, Malaysia, Brunei, sebagian Timor Leste dan sebagian Thailand. itu mencakup 45 persen dari seluruh warga negara anggota ASEAN. Sementara, bahasa Thailand digunakan sedikitnya 85 juta orang dengan basis pengguna Thailand, dan sebagian Myanmar, Laos dan Kamboja.


Bahasa Inggris, sebagai bahasa sehari-hari, dalam lingkup ASEAN hanya digunakan di Singapura dan Filipina. Kedua negara itu secara resmi memang menjadikan bahasa Inggris menjadi bahasa resmi negara. Penggunanya, jika dijumlahkan dari kedua negara tersebut adalah 108 juta jiwa, yang terdiri dari 5,5 juta penduduk Singapura dan 103 juta penduduk Filipina. 


Namun, harus dicatat angka ini bisa turun lebih dari setengahnya. Musababnya: penggunaan bahasa Inggris di Filipina pun tidak merata. Hanya di kota-kota besar bahasa Inggris jamak digunakan. Sementara di pedesaan dan ratusan pulau yang ada di Filipina, penduduk banyak menggunakan bahasa daerah seperti Tagalog, Filipino, Cebuano, Ilokano, dan Bikol.


Dengan demografi demikian, sangat wajar jika Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia Salleh Said Keruak menyerukan agar Bahasa Melayu/Indonesia dijadikan bahasa resmi ASEAN. Andai saja pemerintah Indonesia segera menyambut gagasan ini, bukan tidak mungkin bahasa Indonesia akan menjadi bahasa umum di Asia Tenggara. Orang Indonesia tak perlu takut, seperti kata Presiden Jokowi.

 

BAB III
PENUTUP
     A.   KESIMPULAN
semua makhluk ciptaan Tuhan dianugrahi alat komunikasi yang biasa kita sebut bahasa. Gunung dan lautan juga berbahasa sepertihalnya manusia ataupun binatang. Bahasa sebagai alat komunikasi demikian penting berada ditangan manusia, kemampuan mengembangkan otak menyebabkan penguasaan bahasa begitu penting , karena bahasa tidak hanya sebatas alat komunikasi tetapi menjadi multi fungsi bagi kepentingan manusia. MEA merupakan proses perjalanan peradaban manusia yang didorong oleh penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan. MEA adalah sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menghilangkan, jika tidak, meminimalisasi hambatan-hambatan di dalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan, misalnya dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi.

Bahasa merupakan media integrasi dan komunikasi. Agar  tidak mengalami kendala dalam berkomunikasi  maka dibutuhkan bahasa yang dipahami bersama. Bahasa inggris menjadi salah satu bahasa yang telah menjadi kesepakatan bersama komunikasi antar bangsa, namun bahasa Indonesia sebagai bahasa tutur masyarakat indonesia tidak kalah penting dikuasai dengan baik,  karena semua komunikasi akan jauh lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Akan lebih epektif tenaga kerja yang datang belajar bahasa Indoinesia dari pada penduduk lokal harus belajar bahasa Inggris.  Tetapi keduanya menjadi penting ketika keduanya akan menjadi media pembelajaran dan tuntutan profesi.

Akhirnya MEA dan penguasaan bahasa tidak dapat terpisahkan , sudah menjadi keniscayaan bahwa bertambahnya pergaulan antar bangsa dan antar komunitas yang berbeda akan menuntut penguasaan bahasa yang dipahami bersama.

    B.   SARAN
penulis menyadari bahwa makalah ini belum tentu di anggap benar oleh semua pihak. Oleh karna itu, kritik dan saran oleh semua pihak  sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA




  

Post a Comment

1 Comments

  1. Mampir blog aku kak..minta sarannya buat blog aku..masih pemula

    https://mahasiswanganggur12.blogspot.com

    ReplyDelete