BUSINESS
MODEL CANVAS
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 138-139),
ide inovasi dalam bisnis model dapat datang dari mana saja. Osterwalder &
Pigneur membedakan inovasi model bisnis menjadi lima bagian yaitu : Resource- driven, Offer-driven,
Customer-driven, Finance-driven, dan Multiple- epicenter. Resource-driven adalah
inovasi yang berasal dari infrastruktur yang
ada dalam sebuah
organisasi atau memperluas dalam kemitraan atau
Jika dilihat pada bisnis yang akan kami
buat, maka transformasi bisnis model yang digunakan adalah offer-driven yaitu menciptakan nilai proporsi yang baru dan akan mempengaruhi
building blocks yang lainnya. Berikut
ini akan dijabarkan penjelasan mengenai nine
building blocks yang diterapkan pada bisnis model restoran kami.
2.1.1 Customer Segments
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 20), pelanggan
merupakan kunci utama dalam mendapatkan keuntungan, tanpa pelanggan maka sebuah
perusahaan tidak dapat bertahan lama dalam bisnis yang mereka bangun.
Berdasarkan teori dari (Ostewalder & Pigneur , 2010, hal 20-21), mereka
membagi dua segmen pasar berdasarkan kebutuhan, perilaku konsumen yaitu segmen
kelas menengah atas dan segmen kelas menengah bawah. Ada beberapa tipe dari customer segment yaitu :
1. Mass market, bisnis
model yang tidak membedakan segmen pelanggan. Mass market fokus pada penentuan segmentasi pasar, nilai proposisi,
kerja sama, dan juga saluran distribusi.
2. Niche
market, bisnis model yang memiliki target pasar yang hanya melayani segmen
pelanggan tertentu atau lebih spesifik.
3. Segmented,
bisnis model yang membedakan kebutuhan dan masalah yang berbeda pada pelanggan.
4. Diversified,
bisnis model yang melayani dua atau lebih dengan kebutuhan yang berbeda dan
saling bergantung satu sama lain.
2.1.2 Value Propositions
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 22),
proporsisi nilai menggambarkan bagaimana pelanggan dapat beralih dari satu
perusahaan ke perusahaan lain melalui produk atau layanan yang ditawarkan oleh
perusahaan berbeda dengan para kompetitiornya. Hal – hal
yang dapat memberikan kontribusi untuk menipatakan nilai proporsisi menurut
(ostewalder & Pigneur, 2010, hal 23-25) antara lain adalah :
1. Newness, sebuah
produk baru yang diciptakan yang belum pernah ada sebelumnya dan memiliki
keunikan.
2. Performance, bagaimana
meningkatkan kinerja suatu produk atau layanan yang ditawarkan.
3. Customization, bagaimana
perusahaan dapat menyesuaikan produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan
pelanggannya agar mendapat nilai lebih.
4. Getting the Job Done, bagaimana
produk atau jasa berfungsi membantu pelanggan untuk menyelesaikan perkerjaannya.
5. Design, dengan
memiliki desai yang menarik maka suatu
produk akan memiliki nilai proporsisi yang baik. Tatepai sebuah desain
sangan sulit untuk diukur karena setiap masing – masing individu memiliki
pendapat yang berebeda – beda.
6. Brand/Status, pelanggang
dapat menemukan nilai suatu produk dari merek yang telah dikenal oleh
masyarakat luas.
7. Price, bagaimana
harga dapat ditentukan oleh pesaing nya dan menjadi dasar dalam menentukan
harga produk barang yang ditawarkan. Dalam hal ini, pelanggan dapat menjadi
sensitive terhadap harga.
8. Cost Reduction, bagaimana
sebuah nilai didapat dari biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan dalam membeli
produk atau jasa dapat dikurangi.
9. Risk Reduction, resiko
yang ditimbulakan oleh produk yang ditawarkan kepada pelanggan sangat kecil.
Dengan kata lain produk yang ditawarkan memiliki garansi jika terjadi kerusakan.10. Accessibility, produk
yang ditawarkan dapat dengan muda digunakan atau dapat diakses oleh semua orang.
11. Convenient / Usability, bagamina
sebuah produk dapat memenuhi keinganan
atau kebutuhan bagi pelanggannya dan pelanggan tersebut merasa nyaman akan
kehadiran produk tersebut.
2.1.3 Channels
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 26), Channel
menggambarkan bagaiman sebuah perusahaan dapat menjalin komunikasi dengan
pelanggannya dalam menyampaikan nilai proporsisi nya. Ada beberapa fungsi dari
channel antara lain :
1. Meningkatkan
kesadaran kepada pelanggan atas produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
2. Membantu
pelanggan dalam mengevaluasi proposisi nilai dari perusahaan.
3. Memungkinkan
bagi pelanggan dalam membeli produk atau jasa yang lebih spesifik.
4.
Memberikan proposisi nilai perusahaan kepada pelanggan.
2.1.4 Customer Relationship
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 28), hubungan
dengan pelanggan dibangun sesuai dengan customer segment, dikarenakan setiap
setiap segmentasi memiliki yang berbeda. Dalam menjalin hubungan yang baik
dengan pelanggan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : Customer Acquisition, Customer Retention, dan Upselling. Osterwalder & Pigneur (2010), membagi Customer Relationship menjadi 6 bagian
yaitu :
1. Personal Assistant, komunikasi
yang terjadi antara pelanggan dengan petugas pelayananan pelanggan agar
pelanggan mendapatkan bantuan selama proses penjualan atau setelah pembelian selesai.
2. Dedicated Personal Assistance, yaitu
dengan menugaskan seseorang yang khusus dalam melayani pelanggan secara individual.
3. Self Service, yaitu
pelanggan tidak berhubungan langsung dengan perusahaan tetapi perusahaan
menyediakan sarana yang diperlukan oleh pelanggan dalam membantu dirinya sendiri.
4. Automated Service, yaitu
hubungan yang menggabungkan proses layanan mandiri dengan layanan otomatis.
5. Communities, yaitu
perusahaan membangun hubungan antar sesame anggota dengan membentuk sebuah
komunitas untuk saling bertukar pikiran dalam mengetahui keinginan dari para pelanngannya.
6. Co-creation, membangun
sebuah hubungan dengan konsumen untuk menciptakan sebuah nilai proporsisi yang baru.
2.1.5 Revenue Streams
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 30), arus
pendapatan menampilkan keadaan dari keuangan perusahaan yang diperoleh dari
uang tunai dari setiap segmen konsumen. Sebuah bisnis model dapat melibatkan
dua tipe revenue streams yang berbeda, antara lain :
1. Transaction Revenues, yaitu
transaksi yang diperoleh dari sekali pembayaran dari pelanggan.
2. Recurring Revenues, yaitu
transaksi yang diperoleh dari pembayaran yang masih berkelanjutan untuk
memberikan value proposition kepada
pelanggan dan menyediakan layanan customer
support kepala pelanggan setelah pembelian. Dalam menghasilkan pendapatan ada beberapa cara yang dapat
dilakukan menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal 31-32) yaitu :
1.
Asset
Sale, yaitu perusahaan menjual asetnya untuk mendapatkan
pendapatan.
2.
Usage
Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari berapa banyak pelanggan
yang menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Semakin
banyak dan lama produk tersebut digunakan, maka semakin besar biaya yang
dikeluarkan oleh pelanggan.
3.
Subcription
Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari menjual service secara
terus menerus.
4.
Lending
/ Renting / Leasing, yaitu pendapatan yang didapat
dengan cara memberikan kepada seseorang hak eksklusif untuk menggunakan asset
tersebut dalam periode tertentu dan selama penyewaan tersebut, dikenakan biaya
sewa yang harus dibayarkan kepada pemilik asset.
5.
Licensing,
yaitu pendapatan yang didapat dari pemberian hak intelektual
dari perusahaan agar orang yang membeli lisensi tersebut dapat memakai
perusahaan mereka dalam membuka usaha yang sama.
6.
Brokerages
Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari layanan perarntara yang
besar biaya diperoleh dari besarnya persentase yang telah disepakati sebelumnya
antara penjual dan pembeli.
7.
Advertising,
yaitu pendapatan yang diperoleh dari mengiklankan suatu
produk, merek, ataupun jasa.
2.1.6 Key Resources
Menurut
Osterwalder & Pigneur (2010, hal 34), key
resources merupakan asset yang sangat penting yang diperlukan untuk membuat
bisnis dapat berjalan. Setiap model bisnis membutuhkan sumber daya.
Sumber daya utama dikategorikan menjadi empat bagian yaitu :
1.
Physics, yaitu meliputi
gedung, mesin, tanah, kendaraan.
2.
Intellectual, yaitu meliputi hak
intelektual, hak paten, merek.
3. Human, yatu sumber
daya manusia yang merupakan bgian penting dalam sebuah perushaan, pada industry
kreatif dan padat karya sumber daya utamanya adalah manusia itu sendiri, maka
perusahaan berusaha menciptakan suasana yang kondusif diperusahaan tersebut untuk
mempertahankan sumber daya manusianya.
4. Financial, yaitu
keuangan yang mencerminkan kinerja dari sebuah perusahaan atau perputaran uang
yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Tanpa adanya dukungan modal yang kuat,
maka bisnis tidak akan berjalan dengan baik.
2.1.7 Key Activities
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 36), key activities menggambarkan aktifitas
penting yang dilakukan oleh perusahaan agar bisnis yang dilakukan dapat bekerja
dengan baik. Key Activities dapat
dikategorikan menjadi tiga bagian menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal
37) yaitu :
1. Production, aktifitas
yang berhubungan dengan perancangan, pembuatan, dan pengiriman produk.
2. Pemecahan
masalah, aktifitas yang berhubungan dengan masalah yang timbul dari produk
tersebut. Perusahaan harus mengatasi masalah yang timbul tidak hanya pada prduk
tetapi perusahaan juga harus dapat memenuhi keinginan dari pelanggan agar
produk mereka dapat diterima oleh pelanggan.
3. Platform / Jaringan,
model bisnis yang aktifitas utamanya berubungan dengan jaringan dan sebagian
besar perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi.
2.1.8 Key Partnership
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 38) perusahaan
membentuk aliansi atau kerja sama karena berbagai alasan. Biasanya perusahaan
menciptakan untuk mengoptimalkan bisnis, mengurangi terjadinya resiko, dan
untuk memiliki daya saing yang tinggi dengan para kompetitornya. Kemitraan
dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :
1. Strategic alliance between non competitor.
2.
Cooperation.
3.
Joint venture to
develop new business.
4. Buyer supplier relationship to assure reliable supplies.
Terdapat tiga motivasi utama dalam membangung sebuah
kemitraan yang baik yaitu :
1.
Optimization
and economic of scale yaitu untuk mengoptimalkan alokasi
dari sumber daya dan aktivitas bisnis.
2.
Reduction
of risk and uncertainty yaitu kerjasamayang bertujuan untuk
mengurani resiko dalam persaingan yang kompetitif dan memiliki ciri dari ketidakpastian.
3.
Acquisition
of particular resources and activity yaitu perusahaan yang
memiliki sumber dayanya sendiri dan melakukan kegitan bisnis mereka sesuai
dengan model bisnisnya.
2.1.9 Cost Structure
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 40) struktur
biaya menggambarkan semua biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu model
bisnis. Biaya dapat diperhitungkan dengan baik jika aktifitas utama, sumber
daya utama, dan kemitraan telah ditentukan. Cost
structure dari bisnis model dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
1. Cost Driven yaitu
bisnis model yang berfokus pada penekanan biaya serendah mungkin. Pendekatan
ini bertujuan untuk mempertahankan struktur biaya agar lebih ramping,
menggunakan proposisi nilai dengan harga rendah.
2. Value Driven yaitu
perusahaan yang tidak terlalu mementingkan biaya yang akan muncul dalam
mendesain sebuah bisnis model, dan lbih fokus terhadap penciptaan nilai.
Cost structure memiliki karakteristik sebagai
berikut :
2.
Variable
Cost merupakan biaya yang dapat berubah sesuai dengan barang yang dihasilakan.
3.
Economies
of Scale adalah perusahaan dapat meminimalisasi biaya produksi
karena memproduksi barang dalam jumlah yang besar dibandingkan saat perusahaan
tersebut hanya dapat memproduksi brang mereka dengan kapasitas yang kecil.
4.
Economies
of Scope adalah keunggulan biaya yang lebih murah saat operasi
perusahaan menjadi lebih beesar dengan memperluas area industry mereka baik di
dalam maupun luar negeri.
0 Comments