Insomnia

Mari mengenal Insomnia





Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur, atau tidak cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan tersebut menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.

Kualitas dan kuantitas tidur memengaruhi kualitas hidup, serta kesehatan seseorang secara keseluruhan. Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan gangguan fisik dan mental. Pada umumnya, butuh 8 jam tidur dalam sehari untuk menjaga kondisi tubuh tetap fit. Terdapat dua tipe insomnia yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia primer adalah insomnia yang tidak terkait dengan kondisi medis lain. Sedangkan insomnia sekunder adalah insomnia yang disebabkan oleh gangguan kesehatan lain, misalnya radang sendi, asma, depresi, kanker, atau refluks asam lambung (GERD). Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh konsumsi obat-obatan atau alkohol.

Gejala Insomnia


Insomnia ditandai dengan sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak. Akibatnya, penderita insomnia dapat mudah marah dan depresi. Gejala itu dapat memicu gejala lain, seperti:

  • Mengantuk pada siang hari.
  • Mudah lelah saat beraktivitas.
  • Sulit fokus dalam beraktivitas.
Sulit tidur dapat membuat penderita insomnia kurang konsentrasi, sehingga berisiko mengalami kecelakaan. Insomnia juga dapat menurunkan daya ingat dan gairah seks, serta menimbulkan gangguan fisik dan mental.

Penyebab dan Faktor Risiko Insomnia

Insomnia dapat dialami oleh siapa saja, tetapi insomnia lebih berisiko terjadi pada orang lanjut usia, dan seseorang yang memiliki gangguan kesehatan. Pada umumnya, insomnia disebabkan oleh beberapa hal seperti:

  • Stres
  • Depresi
  • Gaya hidup tidak sehat
  • Pengaruh obat-obatan tertentu.

Pengobatan Insomnia

Insomnia bisa diatasi dengan beberapa cara, misalnya penggunaan obat-obatan, terapi perilaku kognitif, atau kombinasi keduanya. Pengobatan yang dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi tiap pasien. Jika diperlukan, dokter akan memberi pasien obat tidur untuk beberapa minggu.

·         Hubungan penyakit Insomnia dengan lingkungan kerja

  • Masalah emosional dari rekan kerja yang menyebalkan juga turut campur
Sebuah kelompok peneliti dari tiga lembaga independen terkemuka, yakni Oakland University, Portland State University, dan USDA (Dinas Kehutanan dan Perkebunan di Amerika) melaporkan bahwa efek susah tidur nyenyak akibat lembur tidak hanya berasal dari banyaknya tumpukan pekerjaan saja. Namun juga dari beban mental yang Anda pikul sebagai hasil dari interaksi dengan rekan kerja yang menyebalkan dan pengalaman di kantor yang tidak mengenakkan, misalnya kena omel bos atau bermasalah dengan klien.

Kepala peneliti, Caitlin Demsky dari Oakland University, menegaskan bahwa orang-orang yang mengalami kejadian buruk di tempat kerja, misalnya disepelekan oleh supervisor atau dikucilkan rekan kerjanya, lebih cenderung mudah mengalami insomnia yang ditandai dengan sulit mulai tidur hingga mudah terbangun tengah malam hingga beberapa kali. Hasil penelitian tersebut dimuat dalam Journal of Occupational Health Psychology.

Apakah penyakit Insomnia menular?


Para peneliti dari Fakultas Psikologi di Universitas Laval Kanada menemukan, setiap orang memiliki risiko "tertular" gangguan tidur sebesar 37 persen. Riset menguji 3.485 orang partisipan. Semuanya ditanya apakah mereka memiliki kualitas tidur yang baik atau tidak. Bila ada gangguan tidur, mereka juga akan ditanyakan apakah ada kerabat yang memiliki gangguan serupa.

Sebanyak 40 persen responden mengakui, setidaknya ada satu orang yang menderita insomnia dalam keluarga mereka. Di antara responden, 76 persen menyatakan memiliki satu anggota keluarga yang mengalami gangguan tidur,  21 persen mengatakan ada dua, dan tiga persen lainnya memiliki tiga kerabat yang mengidap insomnia.

Seperti dikutip dari Genius Beauty, ahli menyimpulkan, risiko mengidap insomnia tergantung pada jumlah anggota keluarga yang lebih dulu mengalaminya. Semakin banyak anggota keluarga yang mengalami gangguan tidur, makin besar risiko anggota keluarga lain mengalami penyakit itu.

Para ilmuwan dalam penelitian ini belum menemukan pengaruh faktor genetik pada sifat menular insomnia. Mereka menduga hal ini disebabkan adanya disposisi untuk tidur dalam kegelisahan dan kecemasan yang sama.


Tindakan pencegahan untuk penyakit Insomnia 

Insomnia bisa dicegah dengan cara:

ü  Hindari banyak makan dan minum sebelum tidur.

ü  Hindari atau batasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.

ü  Usahakan aktif di siang hari agar terhindar dari tidur siang.  


Resource :


Post a Comment

0 Comments